Polisi masih terus melacak buron nomor wahid Noordin Mohammad Top. Teroris yang terendus di daerah Binangun, Cilacap, Jawa Tengah pekan lalu itu kini diduga dilindungi oleh jaringan yang menganut sistem sel terpisah.
”Mereka punya sistem terpisah. Begitu satu diringkus, yang lain langsung move (bergerak),” ujar analis intelijen dan terorisme Wawan Purwanto di Jakarta kemarin. Doktor Universitas Padjajaran Bandung itu menilai potensi te-ror menjelang pemilihan presiden 8 Juli nanti sangat besar. ”Karena itu polisi memang sedang bekerja keras. Jaringan itu masih ada dan jika teror terjadi dampaknya sangat luas di mata internasional,” kata dosen tamu Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Sentul, Bogor, Jawa Barat itu.
Karena sistem itu pula, lanjut Wawan, Densus 88 selalu beroperasi secara berantai. ”Pengejaran dilakukan secara simultan. Artinya, tidak dalam satu regu saja namun beberapa regu dan juga terpisah-pisah,” kata Wawan. Aparat Detasemen Khusus 88 Mabes Polri sudah tiga minggu berada di Kabupaten Cilacap yang berada di sekitar gunung Slamet itu.
Selain Noordin, mereka sekarang sedang mencari seseorang bernama Bahrudin Latif alias Baridin (55), warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Baridin adalah paman ipar Saefudin Zuhri alias ustad Jahuri yang diringkus Minggu ( 21/06) di Danasri Lor, Nusawungu, Cilacap. Sejak penangkapan Saefudin itu Baridin menghilang. Densus sempat memburu sampai Yogyakarta karena Baridin juga punya rumah di daerah Kumendaman, Jogjakarta, namun nihil. Karena itu, personel kesatuan elite berlambang kepala burung hantu itu kini kembali menyusur Cilacap sampai Purbalingga.
Informasi yang dihimpun koran ini, tim dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Densus 88 Mabes Polri Kombes M. Syafii. Mantan Kapolresta Tangerang itu mengendalikan tiga kelompok pemburu yang dibekali senjata lengkap. Baridin sehari-hari berprofesi sebagai pengasuh pondok pesantren Al Muaddib, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Pondok pesantren putri itu dikelola oleh keluarga Baridin sejak tiga tahun yang lalu. Putri Baridin, Arina dinikahkan dengan seseorang yang diduga kuat Noordin M Top.
Kolega Azhari Husein itu sudah diburu polisi selama tujuh tahun.Pada 29 April 2006, jejak Noordin sempat terendus di Wonosobo. Empat orang teroris di Wonosobo itu adalah Abdul Hadi alias Bambang alias Bahrudin Saleh. Dia tangan kanan Noordin M Top dan Dr Azahari yang mampu merakit bom dan terlibat pengeboman di berbagai lokasi. Kemudian Jabir alias Mujabir yang terlibat pengeboman di Kedubes Australia. Keduanya tewas dalam penggerebekan. Selanjutnya Solahudin alias Supri yang terlibat dalam peledakan bom Atrium Senen, dan Muhtafirin yang merupakan kurir kepercayaan Noordin. Dua orang itu yang dipercaya sebagai pintu Densus untuk mencokok Saefudin Zuhri.
Warga sekitar ponpes Al Muaddib menyebut, keluarga Baridin agak eksklusif. Mereka tidak bersosialisasi secara wajar dengan warga sekitar. Jika benar Noordin adalah menantu Baridin, langkah Densus 88 itu akan mengakhiri pelarian warga Malaysia yang pintar merayu pengikut itu. Noordin memang lihai berkelit. Dia pernah lolos dalam penyergapan Bandung 2003. Saat itu, Noordin sempat lari dari plafon atas rumah kontrakannya. Saat penggerebekan Azahari Husein 9 November 2005 di Malang, Noordin juga tak ada. Menurut Wawan Purwanto, Noordin adalah jago merekrut kader.
”Dia mempunyai karisma dalam mendoktrin calon pengikut,” katanya. Sayangnya, Noordin menggunakan kedok pesantren untuk melindungi aksi-aksinya. “Padahal, jelas ini bukan isu agama,” katanya. Dikonfirmasi di sela-sela peringatan ulang tahun Mabes Polri, Kapolri Bambang Hendarso Danuri menolak menjelaskan secara detail. ”Doakan saja, anak-anak sedang bergerak di lapangan,” ujar BHD singkat. (jpnn)
Sumber:http://batampos.co.id/Utama/Utama/Jaringan_Noordin_Ancam_Pilpres.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar