WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Desa Kenconowengi yang malam itu sebelumnya tenggelam dalam udara sejuk dan kesunyi-senyapan mendadak saja berubah menjadi hingar bingar. Di sebelah utara tampak kobaran api membakar dua buah rumah. Di sebelah timur terdengar pekik jerit orang-orang yang ketakutan. Lalu ada suara derap kaki kuda. Terdengar suara kentongan bersahutan beberapa kali lalu senyap. Di jurusan lain terengar teriakan-teriakan orang sambil berlarian bercampur aduk dengan jeit tangis anak-anak dan orang-orang perempuan.
"Lari! Lari! Gerombolan Warok Ijo menyerbu! Selamatkan diri ke lembah! Lari...!"
Derap kaki kuda datang menyerbu. Dua bilah golok panjang berkelebat. Dua orang penduduk yang barusan berteriak roboh ke tanah. Darah muncrat dari tubuh keduanya. Yang pertama langsung meregang nyawa dangan leher hampir putus. Kawannya yang terkapar di sebelahnya, sesaat masih tampak menggeliat sambil pegangi dadanya yang robek besar, lalu diam tak berkutik lagi tanda nyawanyapun sudah putus.
Gender Kumboro, kepala desa Kenconowengi yang tengah terbaring sakit diserang demam panas, dengan susah payah turun dari ranjang ketika dua orang petugas desa masuk memberi tahu apa yang terjadi.
"Gerombolan ganas itu.....," berucap Gender Kumboro sambil bersandar ke dinding, "sudah lama aku mendengar sepak terjang biadab mereka. Ternyata akhirnya meraka datang juga mengganas di desa kita ini...!"
Dengan terhuyung-huyung kepala desa yang hidup sendirian tanpa anak sejak istrinya meninggal dua puluh tahun lalu itu, melangkah mengambil parang yang tergantung di dinding kamar, lalu melangkah keluar.
"Kepala desa! Apa yang hendak kau lakukan?!" bertanya salah seorang anak buahnya.
Tanap berpaling Gender Kumboro menjawab "Kalian berdua bantu penduduk mengungsi. Selamatkan anak-an
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #56 : Ratu Mesum Bukit Kemukus - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar