Museum Mulawarman
KutaiKartanegara
Salah satu obyek wisata bersejarah di kota Tenggarong yang saat ini masih menjadi primadona pariwisata Kutai Kartanegara adalah Museum Mulawarman. Setiap hari libur, bekas keraton atau istana Kesultanan Kutai Kartanegara ini tak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunannya yang megah dan didominasi warna putih menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk selalu menyempatkan diri berpose didepan keraton yang dirancang dengan gaya arsitektur kolonial ini. Bangunan ini sendiri dirancang oleh Estourgie dari Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) yang dibangun pada tahun 1936 tepat pada masa pemerintahan Sultan Adji Mohamad Parikesit.
Begitu memasuki ruang pertama Museum, kita dapat melihat benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara seperti singgasana Sultan Kutai yang diapit dua arca Lembu Swana, sementara di latar belakangnya terdapat dua mozaik gambar Sultan Kutai Kartanegara ke-17 AM Soelaiman dan Sultan Kutai Kartanegara ke-18 AM Alimoeddin. Selain itu ada pula lukisan Sultan AM Parikesit, payung kebesaran Kesultanan serta tiga buah patung perunggu dari Eropa.
Masih banyak lagi koleksi benda-benda peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dapat dilihat melalui Museum Mulawarman, misalnya lemari kristal yang didalamnya tersusun rapi seperangkat alat upacara Pangkon Perak, perhiasan, keris dan tombak, kursi santai yang biasa digunakan Sultan untuk beristirahat, ada pula rehal atau alas kitab suci Al Qur'an dan kursi yang terbuat dari tanduk rusa Siberia dan tanduk rusa lokal yang biasa digunakan keluarga Sultan untuk mengaji.
Koleksi benda-benda bersejarah seperti arca dan prasasti yang dapat dilihat di Museum Mulawarman
Memasuki bagian dalam Museum, koleksi yang disajikan makin beragam. Ada benda-benda arkeologi berupa prasasti dan arca-arca peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai Martadipura yang terkenal dengan rajanya Mulawarman. Selain itu, ada pula koleksi hasil tenunan dari suku Dayak Benuaq yang dikenal dengan nama ulap doyo lengkap dengan alat tenun tradisionalnya. Ada pula koleksi ukiran-ukiran khas dari suku Dayak Kenyah, Benuaq, Busang, Modang, Punan dan etnis Dayak lainnya.
Sementara pada ruang bagian belakang, kita dapat menyaksikan minirama mengenai lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti yang kemudian menjadi raja Kutai Kartanegara pertama, lahirnya Puteri Karang Melenu yang kemudian menjadi permaisuri raja Kutai Kartanegara pertama, ada pula minirama pertambangan batubara, industri kayu, tanaman khas Kalimantan, Pesut Mahakam dan masih banyak lagi.
Kompleks makam raja dan kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara yang terletak disamping Museum Mulawarman
Selain itu, terdapat pula koleksi uang kuno yang pernah beredar pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang hingga Indonesia merdeka. Sebelum keluar dari Museum Mulawarman, pengunjung terlebih dahulu melewati ruang bawah tanah yang menyajikan koleksi ratusan keramik kuno buatan Cina, Thailand, Vietnam, Jepang, Eropa dan masih banyak lagi.
Sajian koleksi Museum Mulawarman ditutup dengan benda-benda koleksi nusantara seperti pakaian adat tiap provinsi di Indonesia, miniatur candi Borobudur dan Prambanan, tenunan dari daerah Sumatera, senjata tradisional serta alat musik tradisional.
Begitu keluar dari Museum Mulawarman, pandangan kita akan tertuju pada sebuah bangunan kayu yang tak lain adalah kompleks makam Sultan dan para kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara. Disinilah dapat dijumpai makam pendiri kota Tenggarong Aji Imbut gelar Sultan AM Muslihuddin, makam Sultan AM Sulaiman dan Sultan AM Parikesit.
Bagi pengunjung yang ingin melepas lelah, di kompleks Museum Mulawarman juga terdapat warung-warung yang menyajikan aneka makanan dan minuman. Tak hanya itu, kios-kios cenderamata juga tersedia bagi para wisatawan yang ingin membawa pulang kenang-kenangan khas Kalimantan Timur. (win)
Pampang, Desa Budaya Dayak Kaltim
Jika ke Kalimantan Timur khususnya Samarinda, sebaiknya mengunjungi tempat yang satu ini, yaitu Desa Pampang di Samarinda. Di desa ini kita dapat melihat kebudayaan salah satu suku Dayak yang dipertunjukkan khusus untuk wisatawan.Di sana pengunjung dapat melihat pertunjukkan budaya suku Dayak dan tari-tarian kurang lebih sekitar 2 jam yang dilangsungkan di rumah adat.Di samping itu, juga dapat melihat secara langsung kehidupan masyarakat Dayak. Setelah menonton pertunjukan, pengunjung juga bisa berfoto dengan penari ataupun dengan orang Dayak yang berkuping panjang. Sekali foto, anda harus merogoh kocek sebesar Rp.25.000. Atau kalau mau menyewa pakaian adat untuk berfoto sendiri, hanya membayar Rp.15.000,-. Setelah puas berfoto, kita dapat berkeliling di dalam rumah adat dan mencari souvenir yang anda dapat bawa pulang. Ada gantungan kunci dengan hiasan taring beruang, harimau dan babi hutan. Ada juga tenunan khas dayak dan sebagainya.
Puas mengunjungi desa adat, sebaiknya mampir di Kebun Raya Samarinda, sebelum balik ke Samarinda. Di sana, terdapat flora dan fauna khas Kaltim yang unik. Dari Samarinda, jangan lupa mampir dulu ke museum Kutai Kertanagera, museum kayu yang berisi fosil-fosil kayu yang membatu, buaya besar pemangsa manusia yang sudah diawetkan.
Perjalanan juga lengkap di Tenggarong jika belum mengunjungi pulau Kumala. Pulau ini berasal dari delta sungai Mahakam dan terletak di tengah sungai Mahakam. Untuk ke Pulau Kumala dapat naik perahu kecil dengan biaya Rp.3000,-/orang/penyeberangan. Jangan takut walau perahu kecil, jacket penyelamatnya lengkap. Ticket masuk ke Pulau Kumala Rp. 2500,-/orang. Disini, kita dapat bersantai ria dengan keluarga dengan aneka permainan yang menarik, ada gokart, ada kereta gantung, ada tower dan sebagainya.
Untuk berkunjung kesana, harus melalui Balikpapan, sebagai kota transit sebelum menuju Samarinda (ibukota propinsi Kaltim). Dari Balikpapan anda menuju ke Samarinda dengan beberapa pilihan, yaitu dengan bus (ongkos sekitar Rp.17.500 bis AC) atau dengan menyewa mobil pribadi sekitar Rp.250.000 - Rp.300.000 / hari, atau menyewa taxi pulang-pergi sekitar Rp.200.000,-.
Kalau naik bus dari Samarinda, perjalanan ke desa Pampang (ke arah Bontang) dilanjutkan dengan angkot atau ojek dengan biaya sekitar Rp.20.000,-. Seluruh perjalanan wisata itu dapat dinikmati dalam satu hari saja kok. Sayangnya, kegiatan budaya di desa Pampang hanya berlangsung hari Minggu dimulai sekitar jam 13.00 siang. Dan, tidak boleh terlambat sebab pertunjukkan budayanya hanya satu kali.
Saran saya, sebaiknya ke Tenggarong dulu pagi-pagi dan siangnya ke desa Pampang. Bagaimana ? Ingin berwisata ke Samarinda ?
Sumber: Forum/blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar